Entri Populer

Rabu, 08 Desember 2010

Pengangguran dan Inflasi, suatu fenomena trade off

Oleh



Ryan Alief Putra




Adanya imbang korban atau trade off dalam rangka pemenuhan kebutuhan menjadi penyebab utama lahirnya ilmu ekonomi beberapa abad silam. Permasalahan ini merupakan akibat kelangkaan yang tidak lain penyebabnya adalah: Kebutuhan manusia yang tidak terbatas, sifat manusia yang cenderung tidak pernah puas, dan terbatasnya sumber daya alam. Keadaan ini membuat manusia sebagai mahluk ekonomi harus membuat pilihan atas segala kebutuhannya. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut maka manusia harus mempertimbangkan biaya peluang yaitu sesuatu yang dikorbankan karena memilih alternatif kegiatan.

Biaya peluang dan pilihan tidak saja diterapkan dalam aspek mikro ekonomi tetapi jauh lebih luas juga diterapkan dalam aspek makro ekonomi. Ada dua aspek sentral yang menjadi permasalahan utama ekonomi yakni: pengangguran dan inflasi. Kedua masalah tersebut pada hakikatnya saling berlawanan satu sama lain. Artinya ketika tingkat pengangguran tinggi maka tingkat inflasi akan rendah, namun begitu juga sebaliknya. Fenomena ini pertama kali dikemukakan oleh ekonom berkebangsaan Inggris, Prof.A.W. Philips yang menjelaskan fenomena ini melalui pendekatan secara grafis. Pendekatannya secara grafis menyimpulkan bahwa suatu negara tidak mungkin menghadapi suatu keadaan dimana tingkat inflasi berada pada level yang rendah dan tingkat pengangguran yang juga berada pada level yang rendah. Pasti ada salah satu yang akan dikorbankan. Pendekatan kurva tersebut kini disebut Kurva Philips untuk menghormati Prof. A.W. Philips.
Sekarang mengapa fenomena ini bisa terjadi? lantas bagaimana suatu negara harus mengatur strategi makro ekonominya agar fenomena ini dapat diminimalisir dampaknya? berikut uraiannya

Untuk menjawab pertanyaan pertama, maka kita harus memahami hakikat keduanya. Artinya kita harus mengerti terlebih dahulu mengapa pengangguran terjadi? dan mengapa inflasi terjadi. Begini. tingkat pengangguran secara umum lebih dipengaruhi oleh faktor keadaan perekonomian. Ketika kondisi perekonomian sedang membaik maka keadaan tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Ketika pertumbuhan ekonomi tinggi maka suatu negara dapat melakukan pembentukan modal yang lebih besar yang dapat menjadi modal tambahan bagi APBN sehingga negara dapat menambah alokasi dananya yang terdapat pada APBN untuk membiayai sektor yang dinilai strategis dan fundamental seperti: penghentasan kemiskinan. mengurangi pengangguran, pembangunan infrastruktur, dana pendidikan, pertahanan, kesehatan, pengembangan industri, dan lain sebagainya.

Kita tekankan dari semua sektor tersebut pada upaya menekan jumlah pengangguran. Ketika pertumbuhan ekonomi tinggi, maka otomatis keadaan tersebut akan menyebabkan berkurangnya pengangguran karena bertambahnya lapangan pekerjaan. Bertambahnya lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan bertambahnya modal akibat adanya pertumbuhan ekonomi tersebut.

Oleh karena jumlah pengangguran berkurang otomatis dalam hal ini tingkat kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Ini ditandai dengan meningkatnya PDB per kapita sebagai akibat meningkatnya akumulasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan penduduk. Oleh karena meningkatnya pendapatan pada masyarakat otomatis keadaan ini akan meningkatkan permintaan secara agregat. Ini ditandai dengan meningkatnya konsumsi dan investasi pada masyarakat.

Apabila meningkatnya permintaan agregat tidak diimbangi oleh supply barang dan jasa yang mencukupi maka keadaan tersebut akan menyebabkan meningkatnya harga - harga barang kebutuhan secara umum. Nah keadaan inilah yang kemudian disebut dengan inflasi.

Dari uraian - uraian tersebut kita mendapatkan poin baru bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi justru akan menciptakan laju inflasi yang lebih tinggi. Namun bagaimana sebaliknya? sama saja kalau tingkat inflasi rendah justru pertumbuhan ekonomi akan bergerak lambat.

Nah itu adalah untuk menjawab pertanyaan pertama.

Untuk menjawab pertanyaan kedua, suatu negara akan dihadapkan pada 2 opsi. Opsi pertama suatu negara harus memilih salah satu antara tingkat pengangguran yang rendah atau  laju inflasi yang rendah. Apabila suatu negara memilih tingkat pengangguran yang rendah itu artinya negara tersebut lebih memilih tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Ingat! tingkat pengangguran sangat ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi) dengan konsekwensi maka laju inflasi tidak akan optimal. Untuk opsi kedua tidak ada dari dua permasalahan tersebut yang diprioritaskan dengan konsekwensi tidak ada satupun yang akan optimal. Nah manakah yang lebih baik?

Di berbagai negara termasuk Indonesia opsi 2 adalah yang paling dipilih. Sebab dengan negara memberi perhatian yang sama untuk 2 permasalahan maka setidaknya hal ini memberikan ruang bagi pertumbuhan pendapatan rill yang lebih tinggi dibandingkan opsi pertama. Ini merupakan fakta empiris yang terjadi diberbagai negara. Dengan pertumbuhan pendapatan rill yang positif setidaknya hal ini akan menjaga sektor konsumsi dan investasi akan tetap berkembang dengan baik sehingga pertumbuhan ekonomi dapat bergerak stabil.

Berkaitan dengan apa yang semestinya dilakukan oleh suatu negara, maka suatu negara harus melakukan sinergi terhadap kebijakan makro ekonominya. Yang paling utama adalah kebijakan fiskal dan moneter. Dengan sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang saling mendukung setidaknya hal ini dapat menjaga laju inflasi yang stabil sehingga hal ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi sektor rill yang ditandai dengan berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran meski hal ini kemajuannya akan terjadi secara bertahap atau tidak sekaligus.

Dengan itu semua maka negara setidaknya dapat menjaga iklim perekonomiannya tetap kondusif sehingga perekonomian tetap menarik bagi investasi. Dan dengan investasi yang meningkat maka hal tersebut akan memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi. Namun dengan catatan negara harus tetap memperhatikan aspek inflasi mengingat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi adalah berbanding lurus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar